BREAKING NEWS

10/recent/ticker-posts

Right Button

test banner

OPTIMISME GENERASI MUDA DALAM GERAKAN WAKAF PRODUKTIF

PADANG | Di tengah dinamika ekonomi global dan meningkatnya kebutuhan pembangunan sosial, gagasan mengenai wakaf produktif kembali menemukan momentum strategisnya. Konferensi Wakaf Internasional (KWI) yang digelar di Padang pada 15–17 November 2025 menjadi salah satu panggung penting bagi lahirnya kembali semangat pembaruan tersebut. Dalam forum bergengsi itu, hadir pula Habib Prananda Andy, Wakil Presiden Mahasiswa (Wapresma) UIN Imam Bonjol Padang, mewakili generasi muda yang ingin terlibat langsung dalam transformasi ekosistem wakaf.

Kehadiran Habib bukan sekadar bagian dari seremonial akademik. Ia membawa pesan bahwa mahasiswa tidak boleh lagi menjadi penonton dalam isu-isu besar pembangunan ekonomi syariah. Sumatera Barat telah mencanangkan diri sebagai salah satu daerah yang ingin menjadi pusat wakaf produktif dunia. Ambisi besar ini jelas membutuhkan sokongan dari semua lini, termasuk anak muda yang bergerak dengan ide-ide segar dan keberanian mengambil langkah baru.

Konferensi tersebut membuka wawasan bahwa wakaf tidak lagi sebatas tanah dan bangunan yang bersifat statis. Para narasumber memaparkan bagaimana negara-negara maju mengembangkan wakaf menjadi instrumen investasi sosial jangka panjang. Di sinilah mahasiswa seperti Habib melihat peluang besar untuk memperluas narasi wakaf yang lebih modern dan berdaya saing.

Salah satu gagasan penting yang mengemuka dari forum tersebut adalah potensi wakaf uang, wakaf saham, serta wakaf hak kekayaan intelektual. Terobosan ini menegaskan bahwa aset-aset modern dapat dikelola secara profesional untuk menghasilkan manfaat berlipat bagi umat. Habib menyampaikan bahwa paradigma ini harus segera ditanamkan ke generasi muda agar mereka memahami bahwa wakaf bukan sekadar amal ibadah, tetapi juga instrumen ekonomi masa depan.

Selain potensi aset modern, isu transparansi digital menjadi sorotan utama. Dengan kehadiran teknologi finansial, sistem akuntabilitas dan pelaporan Nazhir kini bisa dilakukan secara terbuka dan akurat. Hal ini membuka peluang baru bagi mahasiswa dan akademisi untuk terlibat dalam inovasi teknologi yang mendukung tata kelola wakaf. Habib menilai bahwa ini adalah momentum emas bagi mahasiswa yang menguasai teknologi digital.

Peran mahasiswa menurutnya bukan hanya sebagai penerima manfaat dari program wakaf, tetapi justru sebagai inovator. Ia menekankan perlunya lahir komunitas atau startup yang berbasis wakaf, di mana sebagian keuntungan usaha dialokasikan untuk kepentingan sosial dan pendidikan. Konsep ini menjadi jembatan antara kewirausahaan modern dan nilai-nilai kedermawanan yang tumbuh dari tradisi keislaman.

Lebih jauh, Habib menyoroti urgensi integrasi pembelajaran wakaf ke dalam kurikulum UIN Imam Bonjol Padang. Menurutnya, kurikulum modern harus mampu menggabungkan fikih wakaf, manajemen keuangan, serta pemanfaatan teknologi. Dengan begitu, kampus dapat melahirkan Nazhir profesional yang tidak hanya memahami aspek syariahnya, tetapi juga piawai dalam mengelola aset dengan pendekatan bisnis.

Sebagai Wapresma, Habib memandang bahwa optimisme terhadap gerakan wakaf produktif harus dimulai dari kampus. Mahasiswa harus diyakinkan bahwa mereka adalah bagian penting dari ekosistem besar yang sedang dibangun pemerintah daerah, lembaga wakaf, dan para pakar ekonomi syariah. Oleh karena itu, gerakan literasi dan edukasi tentang wakaf perlu digencarkan di lingkungan akademik.

Habib juga menegaskan bahwa pencapaian besar seperti menjadikan Sumatera Barat sebagai pusat wakaf produktif tidak akan terwujud tanpa sinergi. Pemerintah, Nazhir, dan akademisi harus bekerja dalam orkestrasi yang selaras. Kampus, dalam hal ini UIN Imam Bonjol Padang, siap menjadi lokomotif pemikiran dan inovasi praktis.

Konferensi Wakaf Internasional ini menjadi titik temu penting antara gagasan masa depan dan kesiapan generasi muda. Di balik panggung megah dan rangkaian diskusi yang intens, ada harapan besar bahwa mahasiswa seperti Habib akan menjadi agen perubahan bagi kebangkitan wakaf modern.

Dengan optimisme yang terukur dan langkah yang terencana, generasi muda dapat menjadi garda terdepan dalam mentransformasikan wakaf menjadi kekuatan sosial-ekonomi yang memberdayakan umat. Konferensi ini bukan sekadar acara tahunan, melainkan momentum lahirnya paradigma baru: wakaf sebagai investasi masa depan yang dikelola oleh generasi yang siap menyongsong perubahan.

TIM

Posting Komentar

0 Komentar